Pada
1953 Sten Malmquist pertama kali memberikan sebuah konsep pengukuran produktivitas yang disebut Malmquist
productivity index. Namun indeks
Malmquist (Malmquist index) sendiri diperkenalkan oleh Caves et al. (1982, dalam
Cooper et al. 2004).
Ada
dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks
Malmquist, yaitu efek catch-up dan
efek frontier-shift. Efek catch-up
mengukur tingkat perubahan efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier-shift mengukur tingkat perubahan teknologi (kombinasi input-output)
dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier-shift lazim disebut efek inovasi.
Malmquist Index merupakan bagian metode DEA yang dapat
dipergunakan untuk mengolah data panel
non-parametrik. Malmquist index (MI) seringkali digunakan untuk mengukur perubahan produktivitas (productivity change)
sebuah DMU. Nilai index tersebut dapat didekomposisikan dari perubahan teknologi (technology change) dan perubahan
efisiensi.
Perubahan dalam total produksi sebuah DMU dapat dikatakan baik
apabila DMU tersebut dapat menggunakan input secara efisien untuk
menghasilkan
(memproduksi) barang-jasa dan perusahaan menggunakan
proses teknologi dalam proses produksi
tersebut. Peningkatan atau penurunan dalam total factor productivity dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu
dari sisi perubahan efisiensi atau dari sisi perubahan teknologi.
Nilai MI yang lebih besar dari satu, mengindikasikan bahwa DMU tersebut mengalami peningkatan dalam total produktivitas (increasing return to scale).
Namun, jika nilai MI lebih kecil dari satu, maka nilai tersebut mengindikasikan bahwa DMU mengalami penurunan dalam
total produktivitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar