Prasetyo (2007) mengatakan bahwa dalam sudut pandang
perusahaan dikenal tiga macam efisiensi, yaitu:
1) Technical Efficiency yang merefleksikan kemampuan
perusahaan untuk mencapai level output yang optimal dengan menggunakan
tingkat input tertentu. Efisiensi ini mengukur proses produksi dalam
menghasilkan sejumlah output tertentu dengan menggunakan input seminimal
mungkin. Dengan kata lain, suatu proses produksi dikatakan efisien secara
teknis apabila output dari suatu barang tidak dapat lagi ditingkatkan
tanpa mengurangi output dari barang lain.
2) Allocative Efficiency, merefleksikan kemampuan
perusahaan dalam mengoptimalkan penggunaan inputnya dengan struktur
harga dan tekhnologinya. Terminologi efisiensi Pareto sering disamakan dengan
efisiensi alokatif untuk menghormati ekonom Italia Vilfredo Pareto yang
mengembangkan konsep efficiency inexchange. Efisiensi Pareto mengatakan
bahwa input produksi digunakan secara efisien apabila input tersebut
tidak mungkin lagi digunakan untuk meningkatkan suatu usaha tanpa menyebabkan
setidak-tidaknya keadaan suatu usaha yang lain menjadi lebih buruk. Dengan kata
lain, apabila input dialokasikan untuk memproduksi output yang
tidak dapat digunakan atau tidak diinginkan konsumen, hal ini berarti input tersebut
tidak digunakan secara efisien.
3) Economic Efficiency, yaitu kombinasi antara
efisiensi teknikal dan efisiensi alokatif. Efisiensi ekonomis secara implisit
merupakan konsep least cost production. Untuk tingkat output tertentu,
suatu perusahaan produksinya dikatakan efisien secara ekonomi jika perusahaan
tersebut menggunakan biaya dimana biaya per unit dari output adalah yang
paling minimal. Dengan kata lain, untuk tingkat output tertentu, suatu
proses produksi dikatakan efisien secara ekonomi jika tidak ada proses lainnya
yang dapat digunakan untuk memproduksi tingkat output tersebut pada
biaya per unit yang paling kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar