Minggu, 03 Januari 2016

Indeks Malmquist untuk Pengukuran Produktivitas Antarwaktu

Indeks Malmquist pertama kali dibuat oleh Sten Malmquist pada 1953 untuk mengukur produktivitas. Namun dalam perkembangannya, Malmquist Index ini diperkenalkan oleh Caves et.al (1982). Ada dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks Malmquist yaitu efek catch-up dan efek frontier shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2. Sementara itu efek frontier shift mengukur tingkat perubahan teknologi yang merupakan kombinasi input dan output dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier shift sering disebut sebagai efek inovasi (Rusydiana, 2016).
Indeks Malmquist merupakan indeks bilateral yang digunakan untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi. Indeks Malmquist berlandaskan pada konsep fungsi produksi (production function) yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan. Dalam perhitungannya, indeks ini terdiri atas beberapa hasil yaitu: efficiency change, technological change, pure efficiency change, economic scale change dan TFP change.
Indeks Malmquist memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan. Pertama, indeks ini merupakan metode non-parametrik sehingga tidak membutuhkan spesifikasi bentuk fungsi produksi. Kedua, indeks Malmquist tidak memerlukan asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti minimisasi biaya atau maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila tujuan dari produsen berbeda-beda atau tidak diketahui. Ketiga, penghitungan indeks ini tidak memerlukan data harga-harga yang seringkali tidak tersedia. Keempat, indeks produktivitas Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Menurut Avenzora (2008) hal ini sangat berguna karena analisis dapat dilakukan secara lebih spesifik berdasarkan komponen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar