Indeks Malmquist pertama kali dibuat oleh Sten Malmquist pada 1953 untuk
mengukur produktivitas. Namun dalam perkembangannya, Malmquist Index ini
diperkenalkan oleh Caves et.al (1982). Ada dua hal yang dihitung dalam
pengukuran indeks Malmquist yaitu efek catch-up
dan efek frontier shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan
efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2. Sementara itu efek frontier shift mengukur tingkat
perubahan teknologi yang merupakan kombinasi input dan output dari periode 1 ke
periode 2. Efek frontier shift sering
disebut sebagai efek inovasi (Rusydiana, 2016).
Indeks Malmquist merupakan indeks bilateral yang digunakan untuk
membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi. Indeks Malmquist
berlandaskan pada konsep fungsi produksi (production
function) yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang
sudah ditentukan. Dalam perhitungannya, indeks ini terdiri atas beberapa hasil
yaitu: efficiency change, technological
change, pure efficiency change, economic scale change dan TFP change.
Indeks Malmquist memiliki beberapa karakteristik
yang menguntungkan. Pertama, indeks ini merupakan metode non-parametrik
sehingga tidak membutuhkan spesifikasi bentuk fungsi produksi. Kedua, indeks
Malmquist tidak memerlukan asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti
minimisasi biaya atau maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila
tujuan dari produsen berbeda-beda atau tidak diketahui. Ketiga, penghitungan
indeks ini tidak memerlukan data harga-harga yang seringkali tidak tersedia.
Keempat, indeks produktivitas Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen
yaitu perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Menurut Avenzora (2008) hal
ini sangat berguna karena analisis dapat dilakukan secara lebih spesifik
berdasarkan komponen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar