Data envelopment
analysis pertama kali diperkenalkan oleh
Charnes, Cooper dan Rhodes pada tahun 1978 dan 1979. Semenjak itu
pendekatan dengan menggunakan DEA ini banyak digunakan di dalam
penelitian-penelitian operasional dan ilmu manajemen. Pendekatan DEA lebih
menekankan pendekatan yang berorientasi kepada tugas dan lebih memfokuskan
kepada tugas yang penting, yaitu mengevaluasi kinerja dari unit pembuat
keputusan/UPK (decision making units).
Analisis yang dilakukan berdasarkan kepada evaluasi terhadap efisiensi relatif
dari UPK yang sebanding. Selanjutnya UPK-UPK yang efisien tersebut akan
membentuk garis frontier. Jika UPK berada pada garis frontier, maka UPK tersebut dapat
dikatakan efisien ralatif dibandingkan dengan UPK yang lain dalam peer group-nya. Selain menghasilkan
nilai efisiensi masing-masing UPK, DEA juga menunjukkan unit-unit yang menjadi
referensi bagi unit-unit yang tidak efisien.
Dimana, DMU = UPK; n = UPK yang
akan dievaluasi; m = input-input yang berbeda; p = output-output yang berbeda; xij = jumlah input I yang dikonsumsi oleh UPKj; ykj =
jumlah output k yang diproduksi oleh
UPKj.
Semenjak tahun 1980-an, pendekatan ini banyak digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi dari industri perbankan secara nasional. Pendekatan DEA ini
merupakan pendekatan nonparametric. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak
memerlukan asumsi awal dari fungsi produksi. Namun, kelemahan DEA adalah bahwa
pendekatan ini sangat sensitif terhadap observasi-observasi ekstrem. Asumsi yang
digunakan adalah tidak ada random error,
deviasi dari frontier diindikasikan
sebagai inefisiensi. Ada dua model
yang sering digunakan dalam pendekatan
ini, yaitu model CCR (1978) dan model BCC (1984).
Constant
Return to Scale (CRS)
Model constant
return to scale dikembangkan oleh
Charnes, Cooper dan Rhodes (Model CCR) pada tahun 1978. Model ini mengasumsikan
bahwa rasio antara penambahan input
dan output adalah sama (constant return to scale). Artinya, jika
ada tambahan input sebesar x kali,
maka output akan meningkat sebesar x
kali juga. Asumsi lain yang digunakan dalam model ini adalah bahwa setiap
perusahaan atau unit pembuat keputusan (UPK) beroperasi pada skala yang
optimal. Rumus dari constant return to
scale dapat dituliskan sebagai berikut:
dimana maksimisasi di atas merupakan efisiensi teknis (CCR), xij adalah banyaknya input tipe ke-i dari UPK ke-j dan ykj
adalah jumlah output tipe ke-k dari
UPK ke-j. Nilai efisinesi selalu kurang
atau sama dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilai
efisiensinya sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien.
Gambar 4.1 Frontier Efisien Model CCR
Variable Return to Scale (VRS)
Model ini dikembangkan oleh Banker, Charnes, dan
Cooper (model BCC) pada tahun 1984 dan merupakan pengembangan dari model CCR. Model ini beranggapan bahwa perusahaan
tidak atau belum beroperasi pada skala yang optimal. Asumsi dari model ini
adalah bahwa rasio antara penambahan input
dan output tidak sama (variable return to scale). Artinya,
penambahan input sebesar x kali tidak
akan menyebabkan output meningkat
sebesar x kali, bisa lebih kecil atau lebih besar dari x kali. Rumus variable return to scale (VRS) dapat
dituliskan dengan program matematika seperti berikut ini:
Maksimisasi di atas merupakan nilai efisiensi teknis (BCC), xij
adalah banyaknya input tip eke-I dari
UPK ke-j, dan yrj adalah jumlah output
tipe ke-r dari UPK ke-j. Nilai dari efisiensi tersebut selalu kurang atau sama
dengan 1. UPK yang nilai efisiensinya kurang dari 1 berarti inefisiensi sedangkan UPK yang nilainya
sama dengan 1 berarti UPK tersebut efisien.
Gambar 4.2 Efisiensi Frontier
Model BCC
Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah VRS (variable return to scale). Alasan
pemilihan skala efisiensi model VRS ini adalah studi ini ingin mengetahui
tingkat efisiensi sebenarnya (tanpa dibatasi oleh kendala apa pun).
Efisiensi Skala
Pada umumnya suatu bisnis atau unit pengambil
keputusan (UPK), seperti bank, mempunyai karakteristik yang mirip satu sama
lain. Namun, biasanya tiap bank bervariasi dalam ukuran dan tingkat
produksinya. Hal ini mengisyaratkan bahwa ukuran bank memiliki peran penting
yang menentukan efisiensi atau inefisiensi relatifnya. Model CCR mencerminkan
(perkalian) efisiensi teknis dan efisiensi skala, sedangkan model BCC
mencerminkan efisiensi teknis saja, sehingga efisiensi skala relatif adalah
rasio dari efisiensi model CCR dan model BCC.
Sk = qk,CCR/qk,BCC
Jika nilai S = 1 berarti bahwa UPK tersebut beroperasi pada ukuran efisiensi
skala terbaik. Jika nilai S kurang dari satu berarti masih ada inefisiensi
skala pada UPK tersebut. Sehingga, nilai (1-S) menunjukkan tingkat inefisiensi
skala dari UPK tersebut. Jadi, UPK yang efisien dengan model CCR berarti juga
efisien skalanya. Sedangkan, UPK yang efisien dengan model BCC tapi tidak
efisien dengan model CCR berarti memiliki inefisiensi skala. Hal ini karena UPK
tersebut efisien secara teknis, sehingga infisiensi yang ada adalah berasal
dari skala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar