Kamis, 29 September 2016

The Efficiency of Zakah Institutions Using Data Envelopment Analysis


Abstract. The Efficiency of Zakah Institutions Using Data Envelopment Analysis. Although social based, but in its management the Zakah Institutions need to uphold professionalism, transparency and accountability. Most recently, in the measurement of the effectiveness of the management of zakah fund, known Zakah Core Principles concept. This study would try to measure the efficiency of 3 (three) Zakah Institutions with Data Envelopment Analysis (DEA) method. Banxia Frontier Analyst 3.1 used in data calculation. The calculation of the level of Zakah Institutions efficiency in this study are relative, not absolute. The results show that there is 12 fully efficient Decision Making Unit (DMU) Zakah Institution (100% efficient) and 6 DMU inefficient. The main factor inefficiency Zakah Institution from 2007 to 2014 due to the distribution of zakah funds to ashnaf. It is still less than optimal. So it has not been able to resolve the problem of poverty. Keywords: zakah institution; efficiency; data envelopment analysis; poverty

Abstrak. Efisiensi Institusi Zakat Menggunakan Data Envelopment Analysis. Meskipun berbasis pada kegiatan social, namun manajemen dari organisasi pengelola zakat tetap mengharuskan kegiatan yang menjunjung tinggi profesionalisme, transparansi, dan akuntabilitas. Saat ini pengukuran efisiensi manajemen pada organisasi pengelola zakat dikenal dengan konsep prinsip inti zakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat efisiensi pada tiga organisasi pengelola zakat dengan menggunakan data envelopment analysis. Alat bantu yang dipergunakan ialah Banxia Frontier Analyst versi 3.1. Pengukuran tingkat efisiensi organisasi zakat pada penelitian ini bersifat relatif dan bukan absolut. Hasil menunjukkan bahwa terdapat 12 unit pengambilan keputusan pada organisasi pengelola zakat yang beroperasi pada tingkat yang efisien dan enam unit pengambilan keputusan yang tidak efisien. Faktor utama inefisiensi pada organisasi pengelola zakat rentang waktu 2007 sampai dengan 2014 disebabkan oleh distribusi dana zakat pada ashnaf. Hal ini masih jauh dari optimal. Hal ini menjadikan zakat belum mampu menjadi solusi dalam pengentasan kemiskinan. Kata Kunci: organisasi pengelola zakat; efisiensi; data envelopment analysis; kemiskinan
[Aliqtishod Journal Vol 8 No 2, 2016]

Rabu, 07 September 2016

Analisis Intermediasi Bank Syariah dengan Frontier Plot



Fungsi produksi yang menunjukkan "fully efficient firm" (perusahaan yang efisien penuh) secara praktek tidak diketahui. Oleh sebab itu, perlu diestimasi melalui sampel observasi dari perusahaan-perusahaan dalam satu industri. 


Menurut Farrell untuk mengestimasi fungsi produksi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1) non-parametric piecewise-linear convex isoquant, dan b) fungsi parametrik, seperti bentuk Cobb-Douglas. Sedangkan Coelli menggunakan pendekatan nonparametrik DEA untuk mengestimasi fungsi produksi yang efisien tersebut. 

Pengukuran efisiensi dengan menggunakan pendekatan frontier sudah digunakan selama 40 hingga 50 tahun lebih (Coelli, 1996). Metode utama yang menggunakan linier programming dan metode ekonometrika adalah: 1) Data Envelopment Analysis; dan 2) Stochastic Frontier.

Pengukuran efisiensi modern ini pertama kali dirintis oleh Farrell (1957), bekerja sama dengan Debreu dan Koopmans, dengan mendefinisikan suatu ukuran yang sederhana untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan yang dapat memperhitungkan input yang banyak. 

Dalam penelitian ini 11 Bank Umum Syariah menjadi sampel dengan data laporan keuangan 2015. Untuk memunculkan analisis frontier plot dalam software Banxia, jumlah input-output hanya dibatasi 1 input dan 2 output atau 2 input dengan 1 output. Variabel input dalam studi ini adalah Dana Pihak Ketiga, sementara output adalah Pembiayaan (Y1) dan Pembiayaan untuk UMKM (Y2).

Hasilnya seperti nampak pada gambar. Bank syariah dengan efisiensi tertinggi dengan fungsi intermediasi terbaik untuk output Pembiayaan adalah Maybank Syariah. Sementara itu, dari perspektif intermediasi terbaik untuk output pembiayaan terhadap UMKM adalah Bank Syariah Bukopin dan BRI Syariah. Kedua bank ini memiliki rasio pembiayaan UMKM/DPK terbesar dibanding bank lain. Bank syariah lain yang berkinerja mendekati garis kurva frontier adalah BJB Syariah.

Kamis, 25 Agustus 2016

Mengapa Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah Indonesia Relatif Rendah?



Tingkat kompetisi bank syariah vis a vis bank konvensional saat ini tergolong rendah. Efisiensi teknis maupun efisiensi skala bank syariah relatif tertinggal dibanding bank konvensional. Berbeda dengan kondisi di Malaysia. Bank syariah di Malaysia lebih mampu bersaing dengan industri perbankan konvensionalnya. Lantas mengapa hal itu terjadi? Kali ini, studi yang dilakukan SMART akan mencoba mengukur Total Potential Improvement perbankan syariah Indonesia dari perspektif industri.

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nonparametric Data Envelopment Analysis (DEA) dengan pendekatan intermediasi. DEA adalah metode pengukuran efisiensi berbasis input output (Coelli (1998). Cooper et al (1999) dan Farrell (1957)). 

Variabel output dari DMU terdiri dari Total Pembiayaan (Y1) dan Pendapatan Operasional (Y2), sementara variabel input terdiri dari Dana Pihak Ketiga (X1), Biaya Personalia (X2), dan Biaya Administrasi dan Umum (X3). Skor DEA akan diperoleh dari variabel-variabel ini, yang merupakan hasil pembagian antara faktor output dengan input (Charnes, Cooper dan Rhodes, 1978).

Penelitian ini menggunakan data sekunder tahun terakhir yakni tahun 2015 yang sudah dipublikasikan sebagai data pokok, seperti laporan keuangan, neraca, dan laporan arus kas. Data pokok tersebut dapat diperoleh dari publikasi yang diterbitkan oleh masing-masing bank syariah. 

Total Potential Improvement digunakan untuk mengetahui faktor penyebab inefisiensi bank syariah dalam pengamatan ini. Gambar di bawah menunjukkan informasi total potential improvement yang dapat memberikan gambaran umum terkait inefisiensi bank syariah secara industri, bukan per bank.

Grafik total potential improvement menyebutkan bahwa secara industri, inefisiensi bank syariah berasal dari pendapatan operasional (64.53%). Agar mencapai efisiensi optimal, bank syariah perlu untuk meningkatkan output tersebut.

Selanjutnya, agar mencapai tingkat efisiensi yang lebih baik, bank syariah perlu meningkatkan jumlah pembiayaan sebesar 22.81%. Di samping itu, dari sisi input, perbankan syariah perlu melakukan efisiensi usaha dari sisi beban personalia sebesar 6.50% dan beban administrasi-umum sebesar 6.16%. Usaha-usaha ini penting untuk dilakukan agar tercapai tingkat efisiensi yang lebih optimal.

SMART Training Agenda 2016


Selasa, 23 Agustus 2016

Efisiensi Sosial vs Efisiensi Finansial Bank Syariah



Lazimnya, pengukuran tingkat efisiensi bank syariah hanya menyentuh pada sisi efisiensi finansial, baik pendekatan produksi, intermediasi maupun pendekatan aset. Tapi bagaimanakah pengukuran performa bank syariah jika ditinjau dari perspektif efisiensi sosial? Lalu, manakah yang tergolong high financial efficiency sekaligus highsocial efficiency? SMART Consulting melalui desk RISK melakukan penelitian terkait hal ini. 

Variabel input dan output untuk pengukuran efisiensi finansial adalah: DPK, Biaya Personalia dan Biaya Administrasi untuk variabel Input serta Pembiayaan dan Pendapatan Operasional untuk output. Sementara itu variabel input dan output untuk pengukuran efisiensi sosial adalah: DPK, Biaya Personalia dan Biaya Administrasi untuk variabel Input serta pembiayaan Kredit Usaha Kecil (KUK) dan dana sosial untuk output.

Bank Umum Syariah dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kuadran berdasarkan kategori tingkat efisiensi finansial dan efisiensi sosial, yakni high dan low . Kuadran 1 meliputi bank umum syariah yang memiliki tingkat efisiensi finansial dan sosial yang tinggi, sehingga dapat dianggap sebagai bank syariah terbaik dibanding kelompok kuadran lain. 

Pada sisi lain, Kuadran 4 merupakan kelompok bank umum syariah dengan tingkat efisiensi yang rendah dan stabilitas nilai efisiensi yang tinggi. Kumpulan bank umum syariah pada kelompok ini dapat dianggap sebagai bank syariah yang memiliki tingkat efisiensi yang rendah dan relatif persisten tingkat efisiensinya. Artinya, cenderung tidak ada kenaikan pada tingkat efisiensi yang dicapainya.

Kuadran 1 mencakup BUS yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi, tapi di sisi lain mempunyai tingkat stabilitas efisiensi yang rendah. Kumpulan bank umum syariah pada kelompok ini dapat dianggap sebagai bank syariah dengan nilai efisiensi yang cukup tinggi namun relatif tidak stabil nilai efisiensinya. Artinya, tingginya nilai efisiensi bank syariah pada kuadran ini tidak secara persisten dicapai, namun terjadi fluktuasi (kenaikan dan penurunan) angka efisiensi.

Adapun kuadran 3 meliputi kelompok BUS yang memiliki tingkat efisiensi yang rendah, namun di sisi lain mempunyai nilai stabilitas tingkat efisiensi yang relatif tinggi. Kumpulan bank umum syariah pada kuadran 3 ini dapat dianggap sebagai bank syariah dengan nilai efisiensi yang relatif rendah dan fluktuatif nilai efisiensinya. Sisi baiknya adalah, kelompok bank syariah pada kuadran ini diharapkan mampu mencapai peningkatan tingkat efisiensi di masa mendatang.

Berikut di bawah ini adalah pembagian kelompok bank umum syariah (BUS) berdasarkan perhitungan tingkat efisiensi finansial yang dicapai pada sumbu y dan efisiensi sosialnya selama periode penelitian pada sumbu x.

Pada gambar di atas terlihat bahwa pada periode penelitian 2007-2015, terdapat 1 bank umum syariah yang berada pada kuadran 1, ada 3 bank syariah yang berada pada kuadran 2, dan 3 bank syariah yang masuk ke dalam kuadran 3. Sementara itu terdapat 4 bank umum syariah yang masuk kategori kuadran 4.

Jumat, 19 Agustus 2016

DEA Intermediate Training [22-23 Agustus 2016]


TEMPAT
Pascasarjana Universitas Ibn Khaldun Bogor, Jl. Soleh Iskandar Km 1, Bogor

INVESTASI
Biaya untuk training Rp 2.500.000,-. (two days training)

FASILITAS PELATIHAN

Training DEA: eModul Training, Training Kit, Software Banxia Frontier (demo ver), Ebook “Mengukur Tingkat Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis”, Ebook “An Introduction to Efficiency and Productivity Analysis”, 40+ Materi-materi (Paper) penting tentang DEA, LunchSertifikat.

Rabu, 17 Agustus 2016

Mengukur Tingkat Produktivitas Lembaga Zakat di Indonesia


Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara output dengan input. Menurut Herjanto (2007), produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Dengan kata lain produktivitas memliliki dua dimensi. Dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Yang kedua yaitu efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya.
Meskipun berbasis sosial, namun dalam pengelolaannya organisasi pengelola zakat (OPZ) tetap perlu menjunjung tinggi profesionalitas, akuntabilitas dan prinsip transparansi. Termasuk dalam term ini adalah OPZ perlu beroperasi secara efektif, efisien serta produktivitas yang tinggi. Yang terbaru, dalam pengukuran efektifitas pengelolaan dana zakat, Baznas bekerjasama dengan Bank Indonesia menggagas konsep Zakah Core Principles (Beik et al, 2014). SMART Consulting tertarik untuk meneliti sejauh mana tingkat produktivitas lembaga zakat di Indonesia belakangan ini.
Untuk mengukur produktivitas lembaga zakat yang diobservasi, penelitian ini menggunakan analisis Malmquist Productivity Index (MPI). Indeks Malmquist secara spesifik melihat tingkat produktivitas masing-masing unit bisnis, dalam hal ini organisasi pengelola zakat, sehingga akan terlihat perubahan dari tingkat efisiensi dan teknologi yang digunakan berdasarkan input dan output yang telah ditetapkan. Indeks ini juga digunakan untuk menganalisis perubahan kinerja antarwaktu.
Indeks Malmquist pertama kali dibuat oleh Sten Malmquist pada 1953 untuk mengukur produktivitas. MPI berlandaskan pada konsep fungsi produksi (production function) yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan. Dalam perhitungannya, indeks ini terdiri atas beberapa hasil yaitu: efficiency change (effch), technological change (techch), pure efficiency change (pech), economic scale change (sech) dan TFP change (tfpch).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 Organisasi Pengelola Zakat dari tahun 2012 hingga 2014. Empat OPZ ini adalah relatif terbesar dibanding OPZ lain. Mereka adalah: Baznas, PKPU, Rumah Zakat dan Dompet Dhuafa. Tahun 2014 adalah tahun terakhir observasi karena laporan tahun 2015 masih belum terpublikasi.
Variabel input dan output didapat dari laporan keuangan publikasi tahunan masing-masing OPZ. Tiga input dan dua output digunakan untuk mengukur efisiensi dan tingkat produktivitas. Sebagai variabel input adalah Beban SDM (X1), Beban Sosialisasi (X2) dan Beban Operasional (X3). Sementara itu untuk variabel output yaitu Dana Penerimaan Zakat (Y1) dan Dana Penyaluran Zakat (Y2).
Hasil yang diperoleh dari skor indeks produktivitas Malmquist (TFP Change) menunjukkan bahwa 3 OPZ mengalami peningkatan produktivitas dan 1 OPZ yang mengalami penurunan tingkat produktivitas selama periode observasi. Ketiga OPZ yang mengalami peningkatan adalah: Baznas (2.429), RZI (2.011) dan Dompet Dhuafa (1.938). Kondisi ini ditandai dengan skor 'TFP Change' lebih dari 1. Sementara PKPU menunjukkan tingkat produktivitas yang relatif menurun (0.864).
Pengukuran tingkat efisiensi dan produktivitas, tidak hanya perlu dilakukan oleh lembaga bisnis seperti perbankan dan LKS lain, tapi juga penting secara berkala dan konsisten dilakukan oleh lembaga social seperti OPZ. Hal ini bermanfaat dalam rangka evaluasi dan analisis yang lebih dalam sehingga penentuan arah kebijakan pengembangan zakat nasional lebih tepat dan konsisten.

Senin, 15 Agustus 2016

Analisis Sensitivitas DEA dalam Pengukuran Efisiensi Bank Syariah

Analisis sensitivitas DEA dirancang untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model terhadap pemecahan optimum. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dan yang dimungkinkan dengan perhitungan tambahan yang minimal.
Analisis sensitivitas lazim digunakan untuk mengukur tingkat pengaruh masing-masing variabel terhadap nilai efisiensi relatifnya. Dalam analisis sensitivitas ini dilakukan verifikasi apakah nilai efisiensi relatif dari suatu DMU terpengaruh secara signifikan apabila salah satu variabel input dan output diabaikan. Oleh karena itu, analisis sensitivitas ini dilakukan melalui proses simulasi menggunakan perhitungan DEA model super efisiensi, baik CCR maupun BCC.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing variabel terhadap nilai efisiensi, dilakukan perbandingan antara nilai efisiensi awal dengan nilai efisiensi hasil simulasi. Jika suatu perubahan kecil dalam variabel menyebabkan perubahan drastis terhadap nilai efisiensi, hal ini berarti nilai efisiensi sangat sensitive terhadap nilai variabel tersebut. Namun sebaliknya, jika perubahan variabel tidak mempunyai pengaruh besar terhadap nilai efisiensi, maka nilai efisiensi tersebut relatif insensitive terhadap nilai variabel. Hasil analisis ini berpengaruh pada perumusan rekomendasi akhir.
Data yang digunakan adalah 5 Bank Umum Syariah dengan asset terbesar periode 2015-2014. Data variabel input dan output didapat dari laporan neraca dan laba rugi masing-masing bank. Tiga input dan dua output digunakan untuk mengukur efisiensi dan analisis sensitivitas efisiensi bank syariah. Sebagai variabel input adalah Dana Pihak Ketiga (X1), Biaya Personalia (X2) dan Biaya administrasi-umum. Sementara itu untuk variabel output yaitu Total Pembiayaan (Y1) dan Pendapatan Operasional (X2).
Berdasarkan pengukuran sensitivitas yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa nilai efisiensi relatif tidak begitu sensitif terhadap nilai variabel input biaya personalia (X2) dan biaya adminsitrasi & umum (X3). Sementara itu, nilai efisiensi dapat dikatakan sangat sensitif terhadap variabel dana pihak ketiga (X1).
Di sisi lain, jika salah satu variabel output diabaikan, baik variabel total pembiayaan (Y1) maupun pendapatan operasional (Y2), maka akan terjadi pengaruh yang besar terhadap nilai efisiensi. Maka, dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi DMU dalam hal ini bank umum syariah (BUS) sangat sensitif terhadap nilai variabel output, terutama variabel pendapatan operasional.
Dengan demikian, variabel input maupun output yang perlu menjadi perhatian dalam upaya peningkatan efisiensi bank umum syariah di Indonesia adalah: variabel Dana Pihak Ketiga/DPK (X1) di sisi input, serta variabel Pendapatan Operasional (Y2) dan Total Pembiayaan (Y1) pada sisi output.

Sabtu, 13 Agustus 2016

Mengukur Super Efisiensi Bank Umum Syariah

Efisiensi mengarah pada ukuran baik atau buruknya penggunaan sumber daya dalam mencapai tujuan. Menurut Sumanth (1984) efisiensi merupakan rasio dari output aktual yang dicapai terhadap output standar yang diharapkan.
DEA model dasar menggolongkan unit pengambil keputusan atau Decision Making Unit (DMU) ke dalam 2 kelompok besar yakni unit efisien dan yang tidak efisien. Unit efisien bernilai 1 atau 100%, sedangkan unit yang memiliki nilai di bawah 1 termasuk ke dalam kelompok yang tidak efisien. Namun, kekurangan model DEA dasar adalah kita akan kesulitan menentukan peringkat terbaik dari DMU manakala terdapat beberapa unit DMU yang sama-sama bernilai 1.
Anderson dan Petersen (1993) kemudian memperkenalkan konsep super efisiensi. Konsep dasar dari super efisiensi adalah membiarkan adanya efisiensi DMU yang diamati lebih besar dari 1 atau 100%. Super efisiensi hanya mempengaruhi unit yang dianggap sama efisien dengan batasan yang dihilangkan.
Sementara itu unit yang tidak efisien tidak terpengaruh karena efisiensi lebih kecil daripada 1. Super efisiensi sebenarnya merupakan suatu ukuran kekuatan unit-unit yang efisien yang digunakan untuk meranking unit DMU yang menjadi objek observasi.
Kali ini SMART akan menghitung nilai super efisiensi BUS di Indonesia dengan data 2015. Sebagai variabel input adalah Dana Pihak Ketiga (X1), Biaya Personalia (X2) dan Biaya administrasi-umum. Sementara itu untuk variabel output yaitu Total Pembiayaan (Y1) dan Pendapatan Operasional (X2). Penggunaan DPK dan pembiayaan dalam input-output karena penelitian ini menggunakan pendekatan intermediasi.
Kelompok bank dibagi 2: BUS dengan aset di atas Rp 10 triliun dan BUS dengan aset di bawahnya. Hasilnya diperoleh bahwa di antara bank syariah besar yang ada, nilai tertinggi dimiliki oleh BNI Syariah dengan nilai efisiensi relatif sebesar 81,1%, kemudian diikuti oleh BSM sebesar 74,7%. BMI dan BRI Syariah berada pada posisi ketiga dan keempat dengan nilai efisiensi sebesar 72,7% dan 58,4%.
Untuk kategori bank syariah di bawah aset Rp 10 triliun, 3 Bank Umum Syariah terbaik dari perspektif super efisiensi adalah: pertama Maybank Syariah dengan nilai efisiensi 306,9%, kedua BCA Syariah dengan nilai 270,6% dan Bank Panin Syariah (131,2%) ada pada posisi ketiga. Berturut-turut setelahnya adalah BJBS, Bukopin Syariah, BTPNS, Victoria Syariah dan Bank Mega Syariah.
Pengukuran tingkat efisiensi industri termasuk perbankan, mayoritas dilakukan dengan pendekatan nonparametrik Data Envelopment Analysis. Sayangnya, saat ini analisis masih sangat miskin pengembangan (baca: hanya sedikit sekali tipe analisis). Padahal, DEA masih sangat kaya variasi analisis. Sebut saja: Window Analysis (DEWA), analisis sensitivitas DEA, super efficiency, SBM Model, Network DEA dan sebagainya.

Minggu, 17 Juli 2016

ONE WEEK TRAINING: SEKOLAH METODOLOGI PENELITIAN 2016 Oleh SMART Consulting [8-12 Agustus 2016]


SEKOLAH METODOLOGI PENELITIAN ialah program terbaru dari SMART Consulting (lembaga riset yang khusus bergerak di bidang pengembangan metode riset) dalam rangka sharing knowledge dalam hal metodologi penelitian baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Metode beserta tools terapan yang akan disampaikan yaitu: Analytical Hierarchy Process (AHP) menggunakan Expert Choice, Analytical Network Process (ANP) menggunakan Super Decisions, Data Envelopment Analysis (DEA) menggunakan Banxia Frontier dan MaxDEA, Interpretive Structural Modeling (ISM) menggunakan dDSS (Decision Support System) serta Structural Equation Model (SEM) dengan Lisrel. Program ini berbentuk pelatihan dengan peserta terbatas

DEA Training Description
Data Envelopment Analysis (DEA) merupakan alat manajemen untuk mengevaluasi efisiensi suatu unit bisnis yang paling popular dewasa ini. Evaluasi efisiensi tidak hanya dapat dianalisa pada satu unit bisnis saja, namun bagi beberapa unit bisnis untuk dibandingkan satu sama lain lalu diketemukan mana yang memiliki efisiensi tertinggi, sehingga unit bisnis yang tidak efisien dapat merujuk pada unit bisnis yang efisien. Unit-unit bisnis yang akan dijadikan sebagai pengambilan keputusan dalam DEA disebut DMU (Decision Making Unit)/Unit Pengambilan Keputusan. Unit bisnis apapun dapat dianalisis kinerjanya dengan DEA seperti misalnya manufacturing units, departments of big organizations such as universities, school, bank branches, hospitals, power plants, police stations, tax offices, prisons, defense bases, a set of firms or even practicing individuals such as medical practitioners. Training ini cocok bagi siapa saja yang berkepentingan untuk mengukur efisiensi (kinerja) perusahaan, unit bisnis, organisasi agar mendapatkan gambaran bagaimana kondisi perusahaan saat ini, apakah sudah efisien atau belum. Jika belum efisien apa yang perlu dilakukan oleh perusahaan agar mencapai titik efisien.

Software Tools untuk Analisis Efisiensi DEA


Selasa, 12 Juli 2016

Prediksi Efisiensi Bank Umum Syariah di Indonesia


Pengukuran efisiensi sangat diperlukan dalam kerangka maksimisasi output dan minimisasi input. Apalagi bank syariah di Indonesia yang harus berhadapan dengan bank konvensional yang sudah lebih dahulu "makan asam garam" industri ini.
Riset pengukuran efisiensi perbankan, didominasi oleh pendekatan nonparametrik DEA, dibanding parametrik. Namun riset efisiensi DEA masih tidak begitu banyak variasi dari sisi analisis. Padahal, banyak sekali 'angle' analisis yang dapat dilakukan melalui metode yang pertama dikembangan Charnes Cooper dan Rhodes ini.

Sebut saja beberapa analisis minorstream DEA antara lain: Super efisiensi, Slack based Measure (SBM) Model, analisis sensitivitas DEA, window analysis, dan banyak lagi. Salah satu yang jarang digunakan adalah penggunaan DEA untuk prediksi efisiensi. SMART sebagai lembaga yang fokus riset ekonomi keuangan syariah, mencoba mengaplikasikannya.
Data yang digunakan adalah seluruh Bank Umum Syariah periode 2011-2014 berjumlah 11 bank. Data variabel input dan output didapat dari laporan neraca dan laba rugi masing-masing bank. Sebagai variabel input adalah Dana Pihak Ketiga (X1) dan Biaya Personalia (X2) dan Biaya Administrasi (X3). Sementara itu untuk variabel output yaitu Total Pembiayaan (Y1) dan Pendapatan Operasional (X2).
Tahap pertama, dilakukan lebih dahulu forecast terhadap variabel-variabel di atas dengan 2 skema: lower dan upper. Lower untuk proyeksi pesimis dan upper untuk optimis. Setelah didapat, hasil forecast kemudian kembali diolah dengan DEA. Sehingga menunjukkan 2 hasil prediksi nilai efisiensi di masa mendatang untuk setiap BUS yang diteliti.
Penelitian-penelitian terkait industri perbankan dan keuangan syariah harus banyak dilakukan. Jika 10 tahun silam hal ini (baca: RnD) tidak begitu perlu dilakukan, karena usia bank syariah yang masih 'infant', maka saat ini urgensi riset dalam dunia ekonomi Islam menjadi lebih penting. Usia hampir 25 tahun terhitung sejak berdirinya bank syariah pertama tahun 1992 menjadi fakta. Kini, bank syariah sudah mulai memasuki masa "remaja" dan semestinya lebih dewasa.

Jumat, 17 Juni 2016

Efisiensi dan Stabilitas Asuransi Syariah di Indonesia


Salah satu penelitian yang dilakukan SMART Consulting dan mendapat predikat best paper pada ajang FREKS XIV di Padang adalah terkait efisiensi industri asuransi syariah di Indonesia. Frame risetnya adalah dengan memplotting tingkat efisiensi industri asuransi (baik jiwa maupun umum) selama 2011-2014. Selanjutnya, dari nilai efisiensi per tahun tersebut dihitung standar deviasi untuk tingkat stabilitas efisiensinya. Pada tahap akhir, kedua kriteria tersebut yakni tingkat efisiensi dan tingkat stabilitas efisiensi dibuat 4 kelompok kuadran.

Kelompok kuadran I adalah kategori perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi yang tinggi disertai dengan stabilitas yang baik.  Perusahaan yang masuk kategori ini adalah CAR Syariah, Allianz Syariahdan AsuransiSinarmas Syariah. CAR Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 79,1dengan stabilitas sebesar 0,154, Allianz Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 72,6% dengan stabilitas sebesar 0,056, dan Asuransi SinarmasSyariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 90,2% dengan stabilitas sebesar 0,109. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR Syariah, Allianz Syariah, Asuransi Sinarmas Syariah dan Nasional Re Syariahadalah perusahaan asuransi syariah yang paling memiliki tingkat efisiensi tinggi serta paling stabil dan konsisten mempertahankan efisiensi tersebut.  Kombinasi kedua hal tersebut menempatkan mereka pada kuadran I yang menunjukkan kualitas terbaik.

Kelompok kuadran II adalah kategori perusahaan yang memiliki tingkat efisiensi tinggi namun memiliki stabilitas yang rendah.  Terdapat 2 perusahaan yang masuk kategori ini, yaitu Adira Insurance Syariah dan ManulifeSyariah.  Adira Insurance Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 84dengan stabilitas sebesar 0,302,dan Manulife Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 63,4% dengan stabilitas sebesar 0,282.  Berdasarkan analisis ini dapat disimpulkan bahwa Adira Insurance Syariahdan Manulife Syariah adalah kelompok perusahaan asuransi syariah yang mempunyai tingkat efisiensi optimal artinya mampu mengoptimalkan potensi sumber daya yang dimiliki menjadi output yang maksimal namun belum mampu mempertahankan konsistensi stabilitas efisiensinya.  Sehingga masih perlu perbaikan-perbaikan agar efisiensi yang telah dicapai dapat dipertahankan dengan baik.

Kelompok kuadran III adalah kategori perusahaan yang memiliki rata-rata tingkat efisiensi yang rendah namun memiliki stabilitas yang baik.  Terdapat 4 perusahaan yang masuk ke dalam kategori ini yaitu Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Tokio Marine Syariah dan Sun Life Financial Syariah.  Askrida Syariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 24,9dengan stabilitas sebesar 0,05, Bringin Life Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 38,8% dengan stabilitas sebesar 0,111, Tokio Marine Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 27% dengan stabilitas sebesar 0,147 dan Sun Life Syariah  memiliki tingkat efisiensi sebesar 29,4% dengan stabilitas sebesar 0,062.  Atas hasil penelitian ini maka Askrida Syariah, Bringin Life Syariah, Tokio Marine Syariah, dan Sun Life Financial Syariah adalah kelompok perusahaan yang belum mampu mencapai efisiensi yang optimal meski memiliki stabilitas yang tinggi.  Stabilitas pada kuadran ini bukan menunjukkan kinerja yang bagus karena stabilitas pada efisiensi yang rendah memperlihatkan perusahaan belum mampu mencapai efisiensi yang optimal.  Oleh karenanya perlu evaluasi agar sumber daya yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik.

Kelompok kuadran IV adalah kategori perusahaan yang memiliki rata-rata tingkat efisiensi yang rendah namun memiliki stabilitas yang bagus.  Terdapat 5 perusahaan yang masuk ke dalam kategori ini yaitu ACA Asuransi Syariah, Mega Insurance Syariah, Bumiputera Syariah, Panin Life Syariah dan Asuransi Astra Syariah.  ACASyariah memiliki rata-rata nilai efisiensi sebesar 44,8dengan stabilitas sebesar 0,369, Mega Insurance Syariahmemiliki tingkat efisiensi sebesar 49,7% dengan stabilitas sebesar 0,319, Bumiputera Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 42,7% dengan stabilitas sebesar 0,233, Panin Life Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 56% dengan stabilitas sebesar 0,357 dan  Asuransi Astra Syariah memiliki tingkat efisiensi sebesar 52,7% dengan stabilitas sebesar 0,221.  

Kelompok perusahaan pada kuadran ini adalah perusahaan yang paling rendah tingkat efisiensi serta stabilitasnya sehingga masih membutuhkan evaluasi-evaluasi yang banyak.  Perusahaan belum mampu menunjukkan bahwa potensi yang dimiliki dapat dimanfaatkan dengan baik bahkan dengan tingkat stabilitasnya yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan masih inkonsisten.  Meskipun penilaian efisiensi bersifat relatif, namun keberadaannya pada kuadran IV menunjukkan bahwa diantara jajaran perusahaan asuransi di Indonesia ACA Syariah, Mega Insurance Syariah, Bumiputera Syariah, Panin Life Syariah, dan Asuransi Astra Syariah adalah perusahaan asuransi kelompok terendah efisiensi dan stabilitasnya.

Rabu, 15 Juni 2016

Dampak Spin off terhadap Tingkat Efisiensi Bank Syariah



Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan tingkat efisiensi empat bank syariah yang merupakan hasil spin off(pemisahan dengan induk bank). Perbandingan dilakukan pada masa sebelum dan sesudah spin off. Dengan metode Data Envelopment Analysis, input yang digunakan adalah total dana pihak ketiga dan total aset. Sementara itu untuk variabel output adalah total pembiayaan dan total pendapatan. Data yang digunakan adalah tahun 2007-2011 atau periode dimana keempat bank syariah tersebut melakukan spin off.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan total rata-rata efisiensi seluruh bank syariah yang melakukan spin off (dalam kasus ini terdapat empat bank syariah yaitu BNI Syariah, BRI Syariah, BJB Syariah dan Bank Syariah Bukopin), terjadi penurunan efisiensi secara teknis dan pure teknis dari tahun 2008 hingga tahun 2011. Artinya, terjadi penurunan efisiensi secara teknis dan pure teknis pada bank syariah sesudah dilakukannya spin off.

BNI Syariah mengalami penurunan efisiensi setelah spin off pada Juni 2010. Demikian pula BJB Syariah. BJBSmengalami penurunan efisiensi setelah spin off sekitar Januari 2010. Hal yang sama terjadi pula dengan BRI Syariah. Bank yang fokus pembiayaan UMKM ini mengalami penurunan efisiensi setelah spin off, meskipun tipis.Hal yang berbeda adalah yang dialami Bank Syariah Bukopin. BSB mengalami peningkatan efisiensi rata-rata sebelum dan sesudah spin off.

Rationale yang mungkin dipahami adalah bahwa bank syariah pasca melakukan spin off akan terkoreksi posisi keuangannya. Yang pada awalnya sebagian beban/biaya UUS masih mendapat ‘air susuan’ dari induknya, maka setelah berpisah, biaya tersebut akan menjadi beban sendiri. Maka, menjadi wajar jika pada jangka pendek pencapaian tingkat efisiensi ‘bayi BUS’ baru tersebut relatif turun.


Namun demikian setelah dilakukan analisis lanjutan dengan uji beda (t-test) hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan efisiensi Bank Syariah antara sebelum dan sesudah spin off.

Sabtu, 21 Mei 2016

SMART EXCLUSIVE TRAINING: DEA-GIS untuk Pemetaan Evaluasi Kantor Cabang


EVALUASI JARINGAN KANTOR merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam rangka perbaikan strategi dan pengambilan keputusan yang tepat. Lembaga-lembaga dengan jaringan yang banyak dan tersebar, perlu dilihat dari sisi performa secara periodikal. Termasuk dari perspektif efisiensi.

Hadad, Muliaman D. (2003), menuturkan bahwa pengukuran efisiensi di dalam dunia perbankan merupakan salah satu indikator penting di dalam mengukur kinerja perbankan. Pengukuran efisiensi di dalam dunia perbankan telah cukup populer digunakan dalam menilai kinerja bank. Sebagaimana halnya dengan jenis perusahaan yang lain, prinsip efisiensi ini penting untuk diperhatikan.

Pembahasan kajian akan menganalisis beberapa hal. Yang paling utama adalah kajian akan meng-highlight kinerja jaringan dari perspektif efisiensi dan produktivitas, baik itu kantor cabang, kantor cabang pembantu maupun kantor kas. 

Jumat, 29 April 2016

Mengukur Produktivitas

Produktivitas / Productivity

Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan suatu industri atau perusahaan dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Tingkat produktivitas yang dicapai merupakan indikator seberapa efisien perusahaan dalam mengkombinasikan sumber daya ekonomisnya saat ini.

Produktivitas secara umum dapat didefinisikan sebagai hubungan antara output yang dihasilkan dengan input yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Konteks produktivitas ini bisa untuk individu (per orang) atau untuk sebuah sistem.

Ada beberapa pendapat orang mengenai produktivitas, diantaranya;
Menurut J. Ravianto, bahwa: ”Produktivitas adalah suatu konsep yang menunjang adanya keterkaitan hasil kerja dengan sesuatu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dari tenaga kerja”.

Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan, bahwa: ”Produktivitas adalah hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masuknya yang sebenarnya, misalnya produktivitas ukuran efisien produktif suatu hasil perbandingan antara hasil keluaran dan hasil masukan”.

Mengenai produktivitas Payaman J. Simanjuntak, menjelaskan ”Produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumber daya (masukan) yang terdiri dari beberapa faktor seperti tanah, gedung, mesin, peralatan, dan sumber daya manusia yang merupakan sasaran strategis karena peningkatan produktivitas tergantung pada kemampuan tenaga manusia.”

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil keluaran dengan hasil masukan. keefektifan ini dilihat dari beberapa faktor masukan yang dipakai dibandingkan dengan hasil yang dicapai. Sedangkan produktivitas kerja yaitu jumlah produksi yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu.

Senin, 11 April 2016

Mapping Efisiensi Perbankan Syariah 2016


SMART Consulting, sebuah lembaga riset ekonomi keuangan syariah di Indonesia, telah melakukan penelitian mengenai Pemetaan Efisiensi Bank Syariah di Indonesia Tahun 2016. Dengan menggunakan data mutakhir yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bulan Februari 2016 dan pendekatan intermediasi, diperolah beberapa temuan. 

Dipilih sebagai variabel input yaitu: Aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sementara itu untuk variabel output adalah Pembiayaan Modal Kerja, Investasi dan Pembiayaan Konsumsi. Dengan menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) dibantu aplikasi GIS, didapatkan kelompok daerah berdasarkan tingkat efisiensinya.

Pertama adalah daerah/provinsi dengan tingkat efisiensi antara 92.73-100%. Kelompok pertama ini terdiri dari 15 provinsi yaitu: Bengkulu, Gorontalo, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kepulauan Riau, Lampung, NTT, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bali, Bangka Belitung, dan Jawa Tengah.

Kelompok kedua adalah daerah/provinsi dengan tingkat efisiensi antara 83.02-92.73%. Kelompok kedua ini terdiri dari 7 provinsi yaitu: Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Papua. Adapun kelompok ketiga  dengan tingkat efisiensi antara 67.90-83.02% terdiri dari 4 provinsi yaitu: Provinsi Banten, Jawa Barat, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.

Kelompok keempat adalah daerah dengan tingkat efisiensi antara 48.23-67.90%. Kelompok ini terdiri dari 4 provinsi yaitu: Aceh, Riau, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta. Sementara kelompok kelima  dengan tingkat efisiensi di bawah 48.23% terdiri dari 3 provinsi yaitu: Maluku Utara, Papua Barat dan Provinsi Maluku. 

Selasa, 01 Maret 2016

Rumus Produktivitas

Produktivitas adalah ujian pertama kemampuan manajemen. (Peter F. Drucker, penulis buku Management by Objective). Istilah produktivitas (productivity) sudah muncul tahun 1766 dari artikelnya Francois Quesnay, ekonom Perancis. Produktivitas kemudian menjadi sebuah konsep output dengan input yang pertama kali dicetuskan oleh David Ricardo dan Adam Smith pada tahun 1810. Inti konsepnya adalah bagaimana output akan berubah jika bersama input berubah.

Secara sederhana produktivitas merupakan rasio output dengan input. Di industri manufaktur output bisa berupa produk hasil aktivitas manufaktur, sedangkan input bisa berupa seluruh sumber daya yang digunakan. Tujuan utama industri manufaktur adalah peningkatan produktivitas.

Terdapat suatu keyakinan bahwa peningkatan produktivitas akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan ekonomi. 

Minggu, 07 Februari 2016

Konsep Produktivitas dalam DEA

Konsep produktivitas pada dasarnya merupakan hubungan antara output dan input dalam sebuah proses produksi. Produktivitas dapat diukur secara parsial maupun secara total. Produktivitas parsial merupakan hubungan antara output dengan satu input. Contoh produktivitas parsial yang lazim digunakan adalah produktivitas tenaga kerja yang menunjukkan rata-rata output per tenaga kerja, demikian juga produktivitas capital yang menggambarkan rata-rata output per capital.
Produktivitas total atau biasa disebut dengan Total Factor Productivity (TFP) mengukur hubungan antara outputdengan beberapa input secara bersama-sama. Hubungan tersebut dinyatakan dalam rasio dari indeks output terhadap indeks input agregat. Jika rasio meningkat berarti lebih banyak output dapat diproduksi menggunakan jumlah input tertentu, atau sejumlah output dapat diproduksi dengan menggunakan lebih sedikit input.
Dalam pengukuran produktivitas, yang paling banyak dipakai adalah metode total factor productivity (TFP). Metode ini dipakai untuk mengatasi kelemahan perhitungan efisiensi yang lebih dari satu input dan satu output. TFP diukur dengan menggunakan angka indeks yang dapat mengukur perubahan harga dan kuantitas sepanjang waktu. Selain itu, TFP juga mengukur perbandingan dan perbedaan antar entitas.
Indeks TFP ab mengukur perubahan nilai output sejumlah N terpilih dari periode “a” ke “b” dimana p mewakili harga output. Indeks yang sering digunakan untuk mengukur TFP adalah Indeks Malmquist, Indeks Laspeyres, Indeks Pasche, Indeks Fisher dan Indeks Tornqvist. Mayoritas dalam penelitian, yang digunakan untuk menghitung tingkat produktivitas (TFP) adalah Indeks Malmquist (Rusydiana, 2016).


Rabu, 03 Februari 2016

Analisis DEA [Advance]

Dalam metode Data Envelopment Analysis (DEA), analisis utama adalah pengukuran tingkat efisiensi DMU yang menjadi objek penelitian. Selanjutnya, yang paling banyak dianalisis dalam literatur-literatur DEA adalah terkait potential improvement atau potensi-potensi perbaikan bagi DMU yang tidak efisien. DI luar itu, sesungguhnya banyak sekali sub-sub analisis terkait DEA yang sangat bermanfaat dalam penelitian. Berikut di bawah ini adalah beberapa analisis DEA yang bersifat "basic" hingga yang sifatnya "advance".

Skor Efisiensi. Analisis Return to Scale. Increasing Return to Scale (IRS). Decreasing Return to Scale (DRS). Unit Details per DMU. Potensi perbaikan. Slack. Target. Reference Comparison. Kontribusi Reference. Kontribusi Input Output. Reference Frequencies. Plot Efisiensi. Total Potential Improvement/Improvement Summary. Distribusi skor efisiensi. 

Indeks Produktivitas Malmquist. Analisis Window. DEA dua tahap. Cost Efficiency. Profit Efficiency. Model SBM. Super efisiensi. Analisis sensitivitas DEA. Analisis kuadran. Analisis stabilitas efisiensi. DEA untuk forecasting. DEA tiga tahap. Bootstraping DEA. Network DEA. DEA Dinamis. 40+ Model DEA.


Branch Network Evaluation using Data Envelopment Analysis


Minggu, 17 Januari 2016

Definisi Produktivitas

Produktivitas merupakan istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan antara luaran (output) dengan masukan (input). Menurut Herjanto, produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal[1]. Produktivitas dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan suatu industri atau UKM dalam menghasilkan barang atau jasa. Sehingga semakin tinggi perbandingannya, berarti semakin tinggi produk yang dihasilkan. Ukuran-ukuran produktivitas bisa bervariasi, tergantung pada aspek-aspek output atau input yang digunakan sebagai agregat dasar, misalnya: indeks produktivitas buruh, produktivitas biaya langsung, produktivitas biaya total, produktivitas energi, produktivitas bahan mentah, dan lain-lain[2].

Siklus Produktivitas
Siklus produktivitas merupakan salah satu konsep produktivitas yang membahas upaya peningkatan produktivitas terus-menerus. Ada empat tahap sebagai satu siklus yang saling terhubung dan tidak terputus[3]:
1.     Pengukuran
2.     Evaluasi
3.     Perencanaan
4.     Peningkatan
Produktivitas yang diperhitungkan hanya produk bagus yang dihasilkan saja, jika suatu work center banyak mengeluarkan barang cacat dapat dikatakan work center tersebut tidak produktif. Keempat kegiatan tersebut sudah menjadi dasar industri dalam melakukan peningkatan produktivitas. Siklus produktivitas digunakan sebagai dasar perbaikan masalah produksi terutama pada skala industri. 

Minggu, 03 Januari 2016

Indeks Malmquist untuk Pengukuran Produktivitas Antarwaktu

Indeks Malmquist pertama kali dibuat oleh Sten Malmquist pada 1953 untuk mengukur produktivitas. Namun dalam perkembangannya, Malmquist Index ini diperkenalkan oleh Caves et.al (1982). Ada dua hal yang dihitung dalam pengukuran indeks Malmquist yaitu efek catch-up dan efek frontier shift. Efek catch-up mengukur tingkat perubahan efisiensi relatif dari periode 1 ke periode 2. Sementara itu efek frontier shift mengukur tingkat perubahan teknologi yang merupakan kombinasi input dan output dari periode 1 ke periode 2. Efek frontier shift sering disebut sebagai efek inovasi (Rusydiana, 2016).
Indeks Malmquist merupakan indeks bilateral yang digunakan untuk membandingkan teknologi produksi dua unsur ekonomi. Indeks Malmquist berlandaskan pada konsep fungsi produksi (production function) yang mengukur fungsi produksi maksimum dengan batasan input yang sudah ditentukan. Dalam perhitungannya, indeks ini terdiri atas beberapa hasil yaitu: efficiency change, technological change, pure efficiency change, economic scale change dan TFP change.
Indeks Malmquist memiliki beberapa karakteristik yang menguntungkan. Pertama, indeks ini merupakan metode non-parametrik sehingga tidak membutuhkan spesifikasi bentuk fungsi produksi. Kedua, indeks Malmquist tidak memerlukan asumsi perilaku ekonomi unit produksi seperti minimisasi biaya atau maksimisasi profit, sehingga sangat berguna apabila tujuan dari produsen berbeda-beda atau tidak diketahui. Ketiga, penghitungan indeks ini tidak memerlukan data harga-harga yang seringkali tidak tersedia. Keempat, indeks produktivitas Malmquist dapat dipecah menjadi dua komponen yaitu perubahan efisiensi dan perubahan teknologi. Menurut Avenzora (2008) hal ini sangat berguna karena analisis dapat dilakukan secara lebih spesifik berdasarkan komponen.